Selasa, 17 November 2015





KIDUNG KERINDUAN 

Suara azan dari surau tak mampu menyadarkan gadis kecil itu untuk segera beranjak dari peraduannya. Suara sumbang dr luar kamar juga tak mampu membuat nya terjaga. Terdengar langkah kaki mendekati pintu kamar itu dan mengetuknya , tak juga membangunkan dia dari ikatan syaitan . Perlahan  saja seorang paruh baya menghampiri tempat tidur itu dan segera mengambil jempol kaki anak tersebut dan tiba – tiba  Aachhhhhaahhhh...!
 Ndang tangi subuhan sek!! (cepetan bangun,sholat subuh dulu ! )
 Waduh pake ki alon2 lah loro jempolku ,kulo ampun mireng pak, namung taksih ngantuk (waduh bapak sakit jempol kakiku,saya sudah dengar pak,tp masih ngantuk.
 ha wis ndang gage njukut wudhu, senengane ko d wuyuhi syetan, bapak tunggu neng langgar, ra endang gage tak perung kuping mu . (hayo cepetan ambil wudhu ,sukanya ko d kencingi syetan, bapak tunggu d mushola, klo tdk cepet bapak jewer telingamu ).
Pagi yang cerah dengan beribu berkah,bangun pagi ,sholat subuh berjamaah dan dilanjutkan olah raga pagi. Rutinitas yang tidak pernah dilewatkan oleh keluarga kami keluarga besar pak dul jalal alias palal. Ayah memang sosok yang tegas dan friendly bagi ketiga putra putrinya. Selalu menanamkan disiplin dari mulai kami masih usia dini. Tidak ada kata manja dan tidak pernah membedakan antara anak perempuan dan anak lelaki. Setiap olah raga pagi, kami semua wajib lari pagi dan dilanjutkan olah raga bela diri. Tidak jarang kami bertanding dan disaksikan oleh ayah karena biasanya ibu tidak sempat melihat kami bertanding terlalu lama karena harus menyediakan sarapan pagi. Kritik saran sering ayah berikan pada kemajuan latihan hari itu. Mungkin bagi keluarga lain keluarga kami adalah keluarga yang aneh yang mengajarkan anak anak nya berkelahi. Namun dibalik itu  semua tersimpan sarat makna yang memupuk mental anak anak nya supaya mampu menghadapi kehidupan dan gejolaknya. Sebelum mengakhiri pagi ini ayah selalu menyediakan telor ayam setengah matang untuk kami minum ber sama .
“Wes le,ndok gek ndang ados terus ndang maem disik, iku ibu wes gawe sarapan!!!” ( sudah anak anak cepetan mandi dan makan ibu sudah siapkan sarapan ) terdengar suara ibu memanggil kami karena memang matahari sudah mulai beranjak naik.
“Injih ibu, niki inggih sampon bubar ko”(iya ibu ini juga sudah selesai ko ) ... akupun menyambut ajakan ibu dengan riang nya. Mengingat masakan ibu yang selalu enak meski dengan lauk ala kadarnya, namun jika disediakan dengan suka cita semua nya melebihi makanan terenak di dunia ini,
Minggu pagi ini kami habiskan bersama sama, biasanya setelah sarapan pagi ayah akan menyibukkan diri mengurus ayam ayam nya yang berjumlah ratusan,dan beberapa puluh kambing nya dan setelah semua diberikan hak nya masing masing berupa makan dan minum barulah beliau akan pergi ke kebun. Aku pasti sangat senang diajak beliau ke kebun karena disana akan kita temukan banyak sekali keindahan, pohon ketimun yang panen setiap minggu nya,semangka yang mulai berbuah,pohon pisang dimana mana,pohon mangga yang tidak pernah berhenti berbuah di  musimnya, pohon jagung ,kedelai dan bengkoang dan padi yang melambai-lambai tertiup angin  . Bagiku berlama lama di kebun adalah hal yang sangat menyenangkan. Terkadang aku sengaja tidak pulang ke rumah di waktu makan siang dan ibu sesekali membawakannku nasi rantangan yang rasanya begitu mantap nya. Bersyukurnya aku dilahirkan dari keluarga ini, di desa ini dan di waktu itu. Nikmat yang mana lagi yang mampu aku dustakan , semuanya begitu sempurna. Memiliki orang tua yang selalu memperhatikan anak anak nya, menanamkan jiwa disiplin dan religious, memiliki kakak laki laki yang begitu baik dan selau memberikan semangat bagi adik adiknya, memiliki adek yang begitu lucu dan ngegemesin .
Setiap sore sepulang sekolah  kami selalu membiasakan diri untuk olah raga. Dari push up,sit up ataupun melatih pukulan dan tendangan. Biasanya kakak laki laki ku lah yang menjadi leader nya. Awalnya aku sangat keberatan jika  kakak ku mengajarkanku tentang hal hal yang tidak biasa dilakukan anak perempuan, seperti belajar bela diri, mematahkan batu bata,hingga rangen dan angkat barbel. Kakak juga mengajarkanku bagaimana cara nya melumpuhkan lawan jika dia tinggi dari kita dan bagaimana melumpuhkan jika dia sepadan atau lebih rendah dari kita. Kedengarannya memang aneh ya tapi itulah yang terjadi pada diriku. Aku sering menetang dengan kakak, alhasil tendangan lah yang melayang di kaki. Dan akhir cerita pasti aku akan melawannya karena saking marah nya dan itu yang paling diharapkan kakakku. Dia selalu mengatakan bahwa bela diri sangatlah penting bagi seorang perempuan, diluar sana banyak bahaya yang mengancam dan mereka tidak akan perduli kamu itu perempuan ataupun laki laki, jadi bertanding itu tidak ada bedanya baik itu laki ataupun perempuan.  Dia semakin protective ketika aku menginjak usia 16th dan sudah memasuki sekolah menengah umum . Namun sebenarnya itulah rasa sayang yang ditunjukkan nya padaku, sebuah pelajaran mental yang kelak akan membuat ku menjadi manusia yang mampu berdiri dengan kaki sendiri. Hidup itu adalah perjungan dimana nyali adalah senjata .
Hidup kami bergulir dan meninggalkan banyak cerita , semuanya masih terekam dalam ingatan. Kenakalanku yang selalu membuat ibu ku marah besar bahkan membuat seisi rumah gerem. Ibu kami seseorang yang baik hatinya , gampang kasihan sama orang , meski terkadang amarah nya sulit terkontrol selalu meluap-luap jika kami sedikit saja melakukan suatu kesalahan . pernah suatu ketika aku menumpahkan minyak goreng 1/4kg dari tempatnya dan sebelum ibu marah aku langsung kabur dari dapur dan betul saja aku dikejarnya sambil melempar bongkahan batu kearahku. Aku langsung menghindar dan lari terbirit-birit menuju pohon . ku panjat pohon itu sampai di pucuk dan bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan. ibuku memang orang yg terbaik yang pernah ku miliki , meski di awal kemarahannya begitu menggelegar  namun dalam hitungan menit beliau akan melupakannya.
Aahhhhhhhhhhhhh aku kangen dengan semua itu, jika saja kantong ajaib doremon itu ada pastilah aku memohon untuk kembali bernostalgia dengan masa itu. Semua nya begitu menyenangkan ,tiada beban berarti,berjalan dengan amat sangat alami. Masa masa perjuangan karakter yang dipupuk dari keluarga yang penuh inspirasi, mungkin cerita ini bukan satu satunya di dunia ini namun setidaknya tidak banyak keluarga seperti keluarga kami. Saat itu aku masih mampu berlari 10 km , mampu memukul pohon pisang sampe roboh, mampu memanjat pohon dengan cepat dan tinggi, mampu pus up 100 x, mampu berlari dengan kecepatan dengan hitungan menit, mampu membelah batu bata dengan tangan , mampu naik sepeda puluhan kilo tanpa rasa lelah, pernah juga aku berjalan kaki dari rumah ke sekolah yang jaraknya lebih dr 6.5 km. Masih banyak kegilaan yang lain yang dilakukan anak perempuan desa yang dikurung aturan adat. Nikmatnya kebebasan yang berkarakter,terarah dan terpantau. Makasih Ayah ibu  atas semua nya, kalian orang tua yang luaarrrrrrr biasa. Semuanya tidak akan terwujud dalam waktu yg singkat. Saat ini aku bisa berdiri tegak menghadang masa dan bertarung melawan kehidupan yang begitu rumit nya dengan sebuah harapan dan keyakinan, itu semua kalian yang mengajarkan. Aku bisa menjadikan kesukaran adalah tantangan hidup yang layak untuk diperjuangkan itu semua karena sebuah mental yang sejak kecil kalian ciptakan .  















9

Tidak ada komentar: